www.zejournal.mobi
Sabtu, 27 April 2024

Mafia Tetaplah Mafia, Peduli Setan Perang Rusia-Ukraina

Penulis : Publica News | Editor : Anty | Selasa, 06 Juni 2023 11:19

Moskow - Duduk di sebuah kafe di pelabuhan Odessa, Ukraina, seorang penyelundup lokal. Sebut saja Kirim (59) namanya. Ia mengisap rokoknya sambil bercerita tentang dunia mafia Rusia dan Ukraina.

Kirim mengatakan invasi Rusia ke Ukraina telah mengganggu hubungan 'dunia bawah tanah' kedua negara.

"Sebagian besar penjahat Ukraina berpihak pada Ukraina," katanya kepada laman independen Moscow Times, Sabtu (3/6). Kirim berhenti sejenak ketika seorang pelayan mengantarkan kopi... "Sementara begundal Rusia tetap bekerja sama dengan Rusia," ia menambahkan.

Menurutnya, ini menyalahi doktrin dunia mafia, bahwa kejahatan tak punya tanah air. Jaringan perdagangan narkoba, senjata, dan manusia lintas batas berkembang antara Ukraina dan Rusia. Mereka dulu adalah mafioso Uni Soviet, salah satu yang terkuat di dunia.

Invasi Rusia telah mengganggu jaringan ini. Ketika pasukan Moskow menyerang Ukraina pada Februari 2022, terputus pula rantai penyelundupan yang membentang ke barat sejauh ratusan kilometer menuju Eropa dari perbatasan dengan Rusia.

Menurut Selasa Reitano, Wakil Drektur Global Initiative Against Transnational Organized Crime, operasi kejahatan terorganisir Rusia-Ukraina telah berkembang sejak 1990-an bersamaan dengan korupsi yang meluas di negara bekas Uni Soviet itu.

"Ini adalah salah satu ekosistem kriminal paling ketat di Eropa. Mereka satu dan sama," ujar Reitano, Wakil Drektur di Global Initiative Against Transnational Organized Crime.

Perang memunculkan penghalang fisik dan psikologis, membatasi 'sini' dan 'sana': Rusia atau Ukraina. Meskipun penjahat, ia menambahkan, kriminal Ukraina marah atas kehancuran besar-besaran dan penderitaan yang ditimbulkan oleh invasi Kremlin.

"Sentimen kami-melawan-mereka sangat kuat di Ukraina, sehingga para penjahat pun merasa patriotik," Reitano menjelaskan.

Kirim mengaku sebagai seorang patriot. Ia marah kepada Rusia dan memutuskan total hubungan jaringan penyelundup dengan Rusia. Beberapa anggota mafia Ukraina lainnya juga menyumbang uang untuk perang atau donasi kepada korban.

Alexandr (40), deb collector asal Odessa di Ukraina barat laut, juga mengatakan bahwa ia seorang patriot. Ia marah kotanya dibom.

"Odessa hancur, saya akan berjuang untuk kota saya," kata Alexandr, sambil menyesap bir keduanya.

Mereka yang 'tidak patriotis' memilih menyingkir sementara dan memindahkan operasinya ke negara-negara Asia Tengah.

Namun, Europol, Badan Uni Eropa untuk Kerja Sama Penegakan Hukum, sangsi kongsi gangster Rusia-Ukraina pecah. Mereka hanya mengubah rute penyelundupan. Mafia, ia menambahkan, tak mengenal paspor, tanpa tapal batas.

"Mereka tetap melanjutkan bisnis kriminal mereka dan mencari peluang terbaik. Peduli setan perang. Kami tidak melihat perpecahan antara mafia Rusia dan Ukraina," Catherine De Bolle, Direktur Eksekutif Europol, menegaskan.

Kirim akhirnya malu-malu mengakui pernyataan Europol tersebut. Ia mengatakan masih berbisnis dengan jaringannya di Rusia. Tapi ia juga mendermakan sebagian uangnya untuk membantu warga kotanya, Odessa, korban perang.

"Odessa adalah Odessa," ujarnya dengan sedikit mengangkat bahu. Gangster tetaplah gangster.


Berita Lainnya :


Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar