www.zejournal.mobi
Minggu, 28 April 2024

Teror Tak Henti: Perjuangan Tanpa Akhir Perempuan India Korban Perkosaan

Penulis : Ian Publica News | Editor : Anty | Jumat, 09 Juni 2023 11:33

New Delhi - Sudah tiga pekan dua pria pemerkosanya divonis 20 tahun penjara, tapi hidup Aafreen (35), bukan nama sebenarnya, tetap penuh teror. Sepuluh tahun ia berjuang mencari keadilan, namun semuanya belum berakhir.

Perempuan yang kini punya tiga anak itu masih dicemooh tetangganya di Muzaffarnagar. Ia perempuan muslim di tengah komunitas Hindu. Para tetangga memintanya mencabut gugatan.

Di India, jarang terjadi pelaku dari pendukung partai berkuasa Bharatiya Janata Party (BJP) dihukum. Orang-orang di desanya bahkan membongkar identitas Aafreen dan tempat tinggalnya. Padahal hukum melarang penyebaran identitas korban pemerkosaan.

"Seseorang menyebarkan nama saya, berbicara tentang saya di sini, di Muzaffarnagar. Jadi orang-orang yang semula tidak tahu sekarang menjadi tahu," kata Aafreen kepada Al Jazeera, Kamis (1/6).

Aafreen semakin rentan. Orang-orang juga meneror suaminya Saif (37) --bukan nama sebenarnya-- lewat ponsel.

Aafreen adalah satu di antara setidaknya tujuh perempuan yang diperkosa dalam kerusuhan komunal di Muzaffarnagar, sebuah distrik di negara bagian Uttar Pradesh, India utara, pada 2013. Tiga pria Hindu bergiliran merudapaksa Aafreen. Mereka adalah Maheshvir Prakash (62) dan Sikander (37) --satu pelaku lagi meninggal karena sakit saat proses persidangan.

Kasus yang terjadi pada 27 Agustus 2013 ini menggegerkan India dan memicu bentrokan yang lebih luas. Lebih dari 60 warga muslim tewas dan 60 ribu orang lainnya mengungsi.

BJP melindungi para perusuh, polisi juga menolak memproses hukum pemerkosa. Uttar Pradesh adalah kantong terbesar pendukung partai ultra nasionalis pimpinan PM Narendra Modi. Pemerintah juga menganulir tuntutan terhadap tokoh BJP yang memprovokasi kerusuhan.

“Mereka tidak tertarik pada keadilan," ujar Aafreen. "Tapi saya percaya pertolongan Allah," ia menambahkan.

Aafreen mengenal para terdakwa. Mereka adalah tetangga dan pelanggan suaminya, seorang tukang jahit. Tiga pria itu pula yang memprovokasi warga untuk membakar rumahnya.

Polisi Uttar Pradesh bolak-balik menolak memberkas kasusnya. Pada 2014, Aafreen ditemani pengacara independen pergi ke ibukota New Delhi untuk mengadu ke Mahkamah Agung.

Saat itulah perjalanan Aafreen mencari keadilan dimulai. Tak terbilang banyaknya ia menerima ancaman pembunuhan.

Namun lima tahun persidangan tak membuahkan hasil. Enam wanita korban lainnya tak tahan teror dan mencabut aduannya. Publik mempersalahkan mereka sebagai penyebab terus menegangnya hubungan komunitas muslim dan Hindu. Sebuah tuduhan yang menyakitkan: korban dianggap dalang.

Untuk menghindari intimidasi, ia dan keluarganya pindah ke kota kecil sejauh 15 km dari desanya. Tapi teror tetap mengikutinya. Saif kehilangan pelanggan, tetangga baru juga tak mau berhubungan dengan mereka. Nama Aafreen sudah tersebar sebagai korban perkosaan --di India, itu berarti aib.

Pada 2015, datang bantuan dari lembaga swadaya masyarakat yang memindahkan mereka ke New Delhi. Hidup Aafreen kembali normal.

"Tidak ada yang mengenal saya di sini. Putra-putra saya mendapatkan pendidikan, semuanya berjalan dengan baik," kata ibu dari tiga putra berusia 13, 10, dan enam tahun ini.

Pada 2019, Mahkamah Agung akhirnya memerintahkan pengadilan menyidangkan kasus ini. Namun giliran suaminya diintimidasi, ia dihajar orang hingga kelengar, nyaris mati.

Suaminya menyerah dan meminta Aafreen menyudahi tuntutannya. Aafreen bergeming.

"Saya mengatakan kepadanya bahwa dia dapat meninggalkan saya jika dia mau. Tetapi saya tidak akan berhenti memperjuangkan kasus ini," Aafreen menegaskan.

Kabar baik datang pada 9 Mei 2023. Pengadilan memvonis terdakwa Maheshvir Prakash dan Sikander hukuman 20 tahun penjara.

"Ini vonis bersejarah dalam kasus pemerkosaan pada kerusuhan komunal," kata pengacara Mahkamah Agung Vrinda Grover. "Amandemen Hukum Pidana mengakui pemerkosaan dalam kekerasan komunal sebagai pelanggaran berat khusus," ia menjelaskan.

Selesaikah persoalan? Tidak. Aafreen masih terus menerima teror dari keluarga terdakwa dan teman-temannya. Namun ia tak gentar. Ia akan terus melawan seandainya dua pemerkosanya mengajukan banding.

"Saya akan melakukan apa pun untuk memastikan mereka tetap di penjara selama 20 tahun. Orang mengira perjuangan saya sudah berakhir. Mereka tidak tahu," ujarnya.


Berita Lainnya :


Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar