www.zejournal.mobi
Rabu, 08 Mei 2024

Ikan Beku dan Segerobak Kubis, Orang Miskin Rusia Disuruh Perang

Penulis : Ian - Publica News | Editor : Anty | Selasa, 18 Oktober 2022 14:27

Patriotisme bagi warga miskin Rusia adalah uang dan kebutuhan sehari-hari. Senjata itulah yang digunakan Kremlin untuk menarik penduduk miskin agar mau mengikuti program 'mobilisasi militer' untuk dikirim berperang ke Ukraina.

Iming-iming 'dermawan' itu dilakukan oleh sejumlah republik miskin --Rusia adalah negara federasi. Mereka memberi ternak, ikan beku, kentang, dan sayuran kepada anggota keluarga yang mendaftar untuk dikirim ke Ukraina.

Di Republik Tuva, Siberia, pemerintah setempat memberi seekor domba, 50 kilogram tepung, dua kantong kentang, dan segerobak kubis atau kol. Tuva adalah tempat kelahiran Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, dan salah satu daerah termiskin di Rusia.

"Ada korelasi yang kuat antara tingkat kemiskinan dan proporsi rekrutmen warga yang dimobilisasi," tulis media independen Meduza, Kamis (13/10).

Presiden Vladimir Putin pada 21 September lalu membutuhkan 300 ribu warga sipil untuk dikirim perang, setelah sepekan diberi latihan militer. Tapi rekrutmen tersebut banyak ditentang karena hanya mengirim orang-orang tanpa keahlian militer itu untuk mati di Ukraina.

Mereka yang ogah perang berbondong-bondong mengungsi. Sepekan setelah beleid mobilisasi tersebut diteken, Novaya Gazeta, mengutip sumber FSB, menyebut ada 261 ribu orang meninggalkan Rusia. Putin telah memutuskan menutup perbatasan untuk mencegah eksodus yang makin meluas.

Penduduk miskin yang tak punya uang untuk lari ke luar negeri hanya bisa pasrah. "Mereka terpaksa ikut program mobilisasi militer atau dipenjara. Pilihannya hanya itu," ujar sumber Moscow Times.

Di Sakhalin, Rusia timur jauh, pemerintah menjanjikan 5 kilogram ikan beku kepada keluarga rekrutan. Kemudian di wilayah Kurgan di Ural, keluarga rekrutan akan mendapatkan satu kilogram salo (lemak babi asin).

"Pemerintah memanfaatkan kemiskinan untuk memaksa penduduk berperang. Nyawa ditukar makanan," sumber tersebut menambahkan.

Di Republik Daghestan, Rusia selatan, ibu-ibu turun ke jalan untuk mencegah anak mereka dibawa paksa oleh militer. "Mengapa kalian membawa paksa anak-anak kami?" teriak seorang demonstran, sebelum digelandang polisi.


Berita Lainnya :


Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar