www.zejournal.mobi
Minggu, 05 Mei 2024

Menurutmu, Siapa Yang Lebih Pantas Mati? Atlet Gay, Pelajar Muslim Atau Pendeta Fanatik?

Penulis : RT | Editor : Indie | Rabu, 29 Agustus 2018 10:14

Dunia ini segera menemui akhirnya dan hanya ada sedikit ruang di dalam roket penyelamat, jadi siapa yang rela kamu tinggalkan? Novelis cacat, atlet gay atau pelajar muslim? Itulah tugas yang diberikan sebuah SMA di Ohio kepada pelajarnya yang segera memicu kegemparan.

Pelajari Roberts Middle School yang terletak di Cuyahoga Falls, Ohio, pada minggu lalu diberikan tugas yang membuat mereka dilema.

Dalam tugasnya itu, mereka diminta untuk memilih delapan orang dari total 12 orang yang boleh masuk ke dalam roket penyelamat agar terhindar dari kehancuran dunia. Jadilah, harus ada empat orang yang harus rela mereka “korbankan”.

Pilihan mereka di antaranya meliputi seorang akuntan yang kecanduan narkoba, seorang mahasiswa kedokteran kulit hitam yang juga seorang militant, seorang pendeta hispanik yang menderita homophobia, seorang anak laki-laki Asia berusia 12 tahun dan seorang manajer wanita yang merupakan penduduk asli Amerika dan tidak bisa berbicara menggunakan bahasa Inggris.

Para pelajar lantas diminta menjelaskan pilihan mereka dan memberikan alasan mengapa keempat orang lainnya tidak boleh ikut ke dalam roket tersebut. Selanjutnya, mereka diminta untuk maju ke depan dan membandingkan seluruh jawabannya hingga terpilih delapan penumpang yang boleh masuk ke dalam roket.

Buntutnya, tugas yang diberikan pihak sekolah ini membuat para orang tua siswa geram.

“Apa hubungannya menjadi seorang Muslim dengan hal ini? Ujar Bernadette Hartman pada WKYC-TV. “Apa hubungannya menjadi seorang perempuan dengan hal ini? Bukannya mempersatukan masyarakat, tugas ini justru memecah belah,” tambahnya.

“Tugas yang seharusnya tak diberikan pada anak-anak muda,” kanselir setempat Adam Miller menulis dalam laman Facebooknya. “Hal semacam ini tidak memupuk rasa kepedulian terhadap sesama. Hal semacam ini hanya membentuk budaya permusuhan. Biarkan anak-anak menjadi anak-anak. Menyedihkan mengetahui praktek indoktrinisasi dilakukan pada anak-anak kita.”


Berita Lainnya :

Menanggapi hal ini, Miller lantas menghubungi pihak guru pemberi tugas yang tidak disebutkan namanya. Miller mengatakan bahwa sang guru sebenarnya memiliki maksud yang baik. Ia ingin mendorong murid-muridnya untuk berdiskusi kritis. Namun setelah kejadian ini, kedepannya ia akan menghentikan praktek belajar semacam ini.

Sementara itu, pada hari Senin kepala sekolah dikabarkan telah menggelar pertemuan dengan sang guru guna membicarakan lebih lanjut soal insiden ini.

Menariknya, meski tugas ini mendapat kecaman dari para orang tua, anak-anaknya sendiri sama sekali tidak mengeluh terhadap tugas yang diberikan gurunya.

Sebagai informasi, memperkenalkan kasus “kapal kesalamatan” dalam metode pembelajaran anak yang menyebabkan mereka dilema merupakan hal umum yang sering digunakan para guru di berbagai universitas di seluruh dunia.

Dalam pertanyaan ini, nyatanya memang tak pernah ada jawaban yang dianggap benar. Metode belajar semacam ini memang dirancang hanya untuk merangsang daya pikir anak dalam menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan sulit.


- Source : www.rt.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar