www.zejournal.mobi
Rabu, 08 Mei 2024

Jatuhnya tingkat energi di galaksi-galaksi menandakan alam semesta yang secara perlahan menjadi sekarat, para astronom mengatakan.

Penulis : Raziel | Editor : Admin | Selasa, 18 Agustus 2015 08:11

Alamsemesta secara perlahan menjadi sekarat, menurut astronom yang telah membuat studi tentang penurunan tingkat energi yang dihasilkan dari penggabungan materi yang terjadi dalam tungku nuklir dari bintang-bintang pada lebih dari 200.000 galaksi.

Sebuah survei spektrum lebar galaksi telah mengungkapkan tingkatan yang tepat dari energi yang dihasilkan dalam sebuah segmen ruang besar dan menemukan bahwa energi yang dihasilkan hanyalah setengah dari yang dihasilkan 2 milyar tahun lalu – dan bahwa energi tersebut akan terus memudar.

Hasil sebelumnya menemukan bahwa konversi dari bahan menjadi energi dalam kosmos telah menurun, namun ini adalah survei yang paling terinci saat ini di berbagai jajaran gelombang cahaya, kata para astronom.

Para peneliti dari Pusat Internasional untuk Penelitian Astronomi Radio (ICRAR) di Australia barat menggunakan tujuh teleskop terkuat yang ada untuk mengamati galaksi-galaksi dalam panjang gelombang cahaya yang berbeda, dari ultraviolet jauh sampai inframerah jauh – dalam pemeriksaan yang paling komprehensif pada energi yang dihasilkan dari bagian terdekat alam semesta.

Pengamatan awal dilakukan menggunakan Teleskop Anglo-Australia di New South Wales dan pengamatan pendukung dibuat oleh dua teleskop ruang angkasa yang mengorbit dan dioperasikan oleh NASA dan yang satunya dimiliki oleh Badan Antariksa Eropa, kata para ilmuwan. Penelitian ini adalah bagian dari proyek Galaxy and Mass Assembly (GAMA), survei panjang gelombang ruang angkasa.

“Kami menggunakan banyak teleskop ruang angkasa dan daratan yang dapat kami gunakan, untuk mengukur output energi  dari lebih dari 200.000 galaksi seluas panjang gelombang dapat menjangkau,” kata professor Simon Driver dari ICRAR, yang mempresentasikan temuan-temuan tersebut di International Astronomical Union’s General Assembly di Honolulu.

“Sementara sebagian besar energi yang tumpah diciptakan dalam peristiwa Big Bang, tetapi sebagian dari itu terkunci dalam bentuk materi yang dapat dikonversi menjadi energi seperti yang dijelaskan oleh rumus terkenal Albert Einstein: E=mc2.

“Energi yang baru dilepaskan ini diserap oleh debu-debu karena perjalanan melalui galaksi asal, atau lolos ke ruang intergalaksi dan melalui perjalanan hingga mengenai sesuatu seperti bintang lain, planet, atau sesuatu yang sangat jarang sekali, yaitu cermin teleskop,” kata Profesor Driver.

“Alam semesta akan terus menurun dari sini , bergeser secara perlahan kepada usia tua. Alam semesta pada dasarnya telah duduk di sofa, menarik selimutnya dan akan tertidur dalam tidur abadinya” katanya.

Tim peneliti berharap dapat memperluas pekerjaan tersebut untuk memetakan produksi energi diseluruh sejarah alam semesta, menggunakan fasilitas baru, termasuk teleskop radio terbesar di dunia, Square Kilometer Array, yang dijadwalkan akan dibangun di Australia dan Afrika Selatan selama dekade berikutnya.

Para astronom memperkirakan bahwa peristiwa Big Bang, ketika alam semesta tercipta, berlangsung sekitar 13.8 milyar tahun yang lalu. Bintang-bintang dan galaksi masih berkembang pada tingkat yang cepat, mununjukkan adanya “energi gelap” yang misterius yang melebihi efek gravitasi yang menyatukan.

Namun, beberapa kosmolog percaya bahwa gravitasi pada akhirnya akan menang dari kegelapan disaat energi gelap tersebut kehabisan uap, yang pada akhirnya akan mulai menarik semua materi alam semesta bersama-sama selama miliaran tahun, berakhir pada sesuatu yang disebut Big Crunch.


Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar