www.zejournal.mobi
Minggu, 19 Mei 2024

Myanmar, Negeri yang Diperintah oleh Para Pembunuh

Penulis : Publica News | Editor : Anty | Jumat, 29 Juli 2022 10:41

Protes pecah di Penjara Insein, terungku paling sadis di Myanmar, Senin (25/7) pagi hingga siang. Para napi di rumah tahanan di Yangon itu memberontak setelah mendengar kabar empat tahanan politik dihukum tembak diam-diam pada akhir pekan.

Beberapa orang yang ambil bagian dalam pemberontakan diserang secara fisik oleh otoritas penjara. Sekitar 15 tahanan dimasukkan ke dalam sel isolasi.

"Saya mendengar bahwa para pengunjuk rasa diseret keluar dari sel dan dipukuli,” kata sumber dari Penjara Insein kepada Myanmar Now, Senin (25/7) malam.

Junta mengerahkan tiga truk penuh tentara untuk menghajar napi pemberontak. Mereka memutus semua jalur komunikasi dengan luar, bahkan staf penjara pun dikurung dalam satu ruangan besar.

Rusuh di penjara yang menyekap ribuan aktivis prodemokrasi --nyaris tanpa pengadilan-- ini terjadi setelah tokoh penentang rezim kudeta Ko Jimmi dan mantan anggota parlemen dari Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Phyo Zayar Thaw mati di ujung bedil. Bersama keduanya, turut dieksekusi mati adalah aktivis Hla Myo Aung dan Aung Thura Zaw. Mereka dijejer di depan regu tembak.

Juru bicara junta hanya mengatakan 'eksekusi dilakukan di bawah prosedur penjara'. Eksekusi rahasia itu bocor ke luar tembok kamp.

Anggota keluarga para korban tidak diberitahu ihwal eksekusi tersebut. "Tidak satu pun dari empat mayat aktivis dikembalikan kepada mereka," ujar sang sumber.

Laman independen Myanmar Now dan The Irrawaddy menurunkan tajuk yang nyaris sama: 'Myanmar adalah negara yang diperintah oleh para pembunuh'.

"Tidak ada cara lain menggambarkan rezim yang menggunakan penembak jitu untuk membidik pemrotes di kepala," ujar The Irrawaddy.

Sejak tatmadaw melakukan kudeta terhadap pemerintahan sipil yang sah, mereka menyapu bersih para demonstran dan membumihanguskan desa-desa basis perlawanan sipil dari udara dan darat.

"Ini adalah rezim yang bersedia menumpahkan darah dalam jumlah berapa pun untuk tetap berkuasa," Myanmar Now menulis dalam tajuk mereka.

Bahkan di negara yang hidup di bawah momok pembunuhan selama hampir satu setengah tahun ini, banyak yang terkejut dengan berita eksekusi mati keempat tokoh demokrasi.

"Ini adalah salah satu ironi besar dari sejarah politik Burma (nama lama Myanmar; red.)" kata pernyataan Pemerintah Persatuan Nasional Myanmar (NUG), pemerintah sipil tandingan.

Junta di bawah Jenderal Senior Min Aung Hlaing yang sekarang masih menggunakan 'buku pedoman' pendahulunya. Sejarah Myanmar adalah sejarah dari satu kudeta ke kudeta militer lainnya.

"Dengan mengambil langkah ini, rezim hanya memperdalam keterasingan rakyat Myanmar. Sejak merebut kekuasaan, militer telah mendorong negara ini semakin dekat ke tepi kehancuran," NUG menandaskan.


Berita Lainnya :


Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar