www.zejournal.mobi
Jumat, 17 Mei 2024

Utusan Rusia: ‘Krisis Migrasi merupakan bom waktu yang ditanam Uni Eropa’

Penulis : Sputnik | Editor : Indie | Kamis, 21 Desember 2017 10:36

BRUSSELS (Sputnik)- Krisis migrasi merupakan bom waktu yang ditanam dalam Uni Eropa yang menggerogoti standar hidup negara-negara blok tersebut, namun, krisisnya tak akan sampai membubarkan blok tersebut, Perwakilan Tetap Rusia untuk Uni Eropa Vladimir Chizhov mengatakan pada Sputnik.

“Masalah migrasi yang utama yakni krisis ini seperti bom waktu yang memiliki sumbu pendek dan ditananm dalam Uni Eropa. Uni Eropa sendiri berpartisipasi dalam penciptaan bom ini,” kata Chizhov, menambahkan bahwa situasinya saat ini menjadi semakin tegang di setiap bulannya.

“Tentu saja, krisis migrasi ini tidak akan merujuk pada hancurnya Uni Eropa atau membuat para negara anggotanya meninggalkan Uni Eropa hanya karena masalah ini. Namun hidup seluruh warga Eropa tak akan menjadi lebih mudah,” sang diplomat mengatakan.

Chizhov mengingat bahwa dirinya telah mendengar uni Eropa disebut “memiliki gaya hidup yang luar biasa.”

“Apa yang menarik perhatian para imigran ke Uni Eropa adalah gaya hidupnya dan standar kehidupannya. Meskipun krisis migrasi saat ini sedang menggerogoti gaya hidup dan standar hidup di Uni Eropa,” Chizhov menambahkan.

Akar dari krisis migrasi

Kebijakan migrasi Uni Eropa akan ditinjau ulang oleh para pemimipin Uni Eropa di Brussels pada hari Kamis, dengan Presiden Dewan Eropa Donald Tusk diharapkan hadir dengan sebuah proposal yang mengalokasikan dana guna menyelesaikan krisis migrasi melalui instrumen Uni Eropa “yang stabil”.

Akar ktisis ini dimulai pada bulan September 2015, ketika Uni Eropa sepakat pada rencana untuk merelokasi para imigran dan pengungsi yang datang ke Itali dan Yunani di antara semua negara anggota Uni Eropa melalui sistem kuota untuk membantu mengurangi beban kedua negara ini. Sistem kuata relokasi wajib telah memecah Uni Eropa secara mendalam, dengan negara-negara kelompok Visegard, yakni Republik Ceko, Hungaria, Polandia dan Slowakia yang menolak kuota dan mengkritik kebijakan pintu terbuka yang diajukan Brussels.

Sejak saat itu, negara-negara anggota blok tersebut telah mengalami krisis migrasi akut dikarenakan gelombang masuk dari ribuan imigran dan pengungsi yang melarikan diri dari konflik di negara asal mereka di Timur Tengah dan Afrika Utara.


Berita Lainnya :


- Source : sputniknews.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar