www.zejournal.mobi
Sabtu, 04 Mei 2024

Polisi-polisi di Eropa "lebih menakutkan daripada kelompok teroris ISIS"

Penulis : Finian Cunningham | Editor : Admin | Selasa, 01 September 2015 11:42

Dalam apa yang digambarkan sebagai krisis pengungsi yang lebih buruk di Eropa sejak Perang Dunia Kedua. Puluhan ribu migran yang putus asa membanjiri perbatasan-perbatasan Uni Eropa. Mereka telah mempertaruhkan nyawa untuk sampai kesana, hanya untuk diserang oleh para polisi perbatasan Uni Eropa, atau diserang oleh para massa jalanan yang rasis. Selamat datang di Eropa!

Dilanda kemiskinan dan membawa harta mereka yang tersisa dalam kantong-kantong, pria, wanita dan anak-anak harus mengecoh para polisi yang berhunuskan pentungan agar dapat memasuki tempat yang aman. Ini adalah Uni Eropa, yang dalam perjanjiannya menjanjikan suaka perlindungan bagi hak kemanusiaan dan martabat. Hungaria, Rumania dan Yunani telah muncul sebagai titik-titik krisis baru, menggantikan Italia sebagai rute utama para pengungsi sebelumnya.

Ibu-ibu yang menangis dengan anak-anak yang ketakutan diatas punggung mereka berlari kedalam hutan atau parit hanya untuk melarikan diri dari serangan gas air mata oleh polisi anti huru hara. Seorang wanita yang sedang kebingungan menjelaskan kepada kru reportase 24 Perancis tentang bagaimana ia dapat terpisah dengan keluarganya dalam pertempuran itu. Ia tak tahu bagaimana ia akan pernah menemukan keluarganya karena ia terdampar di sisi lain dari penjagaan polisi. Anak-anak beserta suaminya yang hilang harus melarikan diri sebelum mereka tertangkap oleh polisi.

Seorang anak muda dari Suriah mengatakan pada reporter CNN, Awra Damon bahwa keluarganya dan banyak keluarga-keluarga lainnya dipaksa mundur oleh barisan polisi ketika mereka mencoba untuk menyebrangi perbatasan Hungaria. Anak tersebut menjelaskan bahwa keluarganya melarikan diri dari sebuah daerah di Suriah yang dikuasai oleh kelompok teror Negara Islam (ISIS) – kultus militan jihad yang terkenal atas pemenggalan-pemenggalan warga sipil. (Reporter CNN tersebut nampaknya tidak melihat ironi dari saluran TV-nya yang sebelumnya telah membuat tumpukan berita yang menuduh bahwa pemerintah Suriah lah yang meneror rakyatnya).

Apa yang bisa dikatakan tentang polisi perbatasan Hungaria ketika para pengungsi terkepung dan meringkuk dihadapan mereka? Ini adalah pengutukan grafis dari pengendalian perbatasan Uni Eropa yang lebih menakutkan dari para teroris yang haus darah.

Bulan lalu saja, lebih dari 100.000 migran melintasi perbatasan Uni Eropa. Ini adalah krisis kemanusiaan dalam skala yang mengingatkan ingatan-ingatan samar dari para massa yang berkeliaran setelah Perang Dunia Kedua.

Sebagian besar pengungsi yang datang ke Uni Eropa berasal dari Suriah yang dilanda peperangan, menurut Organisasi Internasional PBB bagian Migrasi. Hampir 12 juta penduduk Suriah – setengah dari total penduduk Suriah – telah mengungsi dan angka ini melebihi jumlah pengungsi yang pernah mengungsi selama empat tahun terakhir. Sebuah perang yang telah dipicu secara diam-diam oleh Amerika Serikat, Inggris dan Perancis yang bertujuan untuk menggulingkan rezim Presiden Bashar al Assad. Sekutu Barat Arab Saudi, Qatar, Yordania, Turki dan Israel juga memicu peperangan di Suriah.

Pemerintah telah berulang kali mengatakan bahwa mereka adalah korban dari sebuah konspirasi internasional yang terdiri dari negara-negara Barat atas dan sekutu, yang bekerja sama secara tersembunyi dengan kelompok teror ISIS dan tentara bayaran Al Qaeda lainnya untuk menggulingkan Assad – seorang sekutu dari Rusia dan Iran. Anak kecil yang melapor kepada CNN jelas-jelas menyatakan bahwa keluarganya melarikan diri dari ISIS, bukan Assad. Tetapi seperti yang sudah disebutkan, CNN dan media Barat lainnya tidak melihat ironi ini.

Trauma dan kehilangan tempat tinggal, para pengungsi Suriah kini beralih ke Eropa untuk berlindung. Harapan mereka yang naif atas bantuan kemanusiaan – sebuah kewajiban dasar dibawah hukum internasional – dikandaskan dengan kejam. Ini sudah direncanakan sebelumnya, meskipun mengerikan, bahwa orang-orang ini membawa masalah mereka ke Eropa – wilayah Uni Eropa yang anggotanya, Inggris dan Perancis mendukung habis-habisan perang perubahan rezim di Suriah yang dipimpin AS.

Para pria yang menggendong anak-anak mereka dan para wanita yang menggendong bayi-bayi di punggung mereka, para pengungsi Suriah harus melalui zona peperangan, jaringan teror ISIS, kemudian berjalan ratusan kilometer menyebrangi Turki – dimangsa oleh para pedagang manusia – dan kemudian bertumpuk-tumpukan diatas perahu untuk menyebrang laut yang berbahaya ke daratan Eropa. Mereka melakukannya karena mereka berjuang keras untuk bertahan hidup. Banyak yang meninggal di perjalanan ini baik tenggelam maupun kelelahan. Para wanita yang hamil dilaporkan kehilangan bayi mereka hanya karena kelelahan.

Dan, setelah semua itu , ketika orang-orang ini tiba di perbatasan Uni Eropa, mereka akhirnya harus berhadapan dengan tentara kepolisian. Dalam beberapa pekan terakhir, cuplikan-cuplikan berita telah menunjukkan gambar mengejutkan dari para polisi di Hungaria dan Macedonia (calon anggota Uni Eropa) menembakkan gas air mata dan granat kejut untuk memukul mundur ribuan pengungsi. Adegan lain menunjukkan keluarga-keluarga yang berbondong-bondong digiring ke gerbong kereta, yang akan dikirim ke negara Eropa lainnya. Bahkan mereka juga mengatakan bahwa hak untuk meminum air diambil oleh pihak yang “berwenang”, apalagi bantuan medis yang juga tidak diberikan.

Anggota Uni Eropa Hungaria sekarang bahkan telah memasang kawat berduri sepanjang ratusan kilometer disepanjang perbatasan dengan Serbia untuk menjaga para pengungsi agar tidak masuk. Dua puluh lima tahun setelah Tirai Besi dibangun diseluruh Eropa, sekarang tirai kawat berduri akan dibangun. Ini bukanlah kekejaman dari Uni Soviet melainkan dari Uni Eropa. Sebuah organisasi yang menyatakan bahwa hak kemanusiaan menjadi dasar terbentuknya organisasi ini dan telah dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2012.

Menteri Luar Negeri Jerman, Frank-Walter Steinmeier berbicara dengan malu mengenai tirai baja Uni Eropa yang baru untuk menahan para pengungsi korban perang. “Kami menentang penggunaan pagar-pagar,” kata Steinmeier mengucapkan eufemisme pengecutnya.

Hal tersebut dikemukakan disaat para pejabat Uni Eropa berkumpul di Vienna pekan ini untuk membahas krisi tersebut.

Secara kebetulan, ibukota Austria tersebut menjadi tempat penemuan menyeramkan dimana sekitar 50 pengungsi ditemukan tewas didalam sebuah truk yang ditinggalkan di jalan bebas hambatan. Kasus ini diyakini bahwa mereka sedang dalam perjalanan penyelundupan oleh para pedagang manusia dari Hungaria. Polisi Hungaria menjadi curiga setelah mencium bau busuk yang tercium dari pintu belakang truk tersebut. Para korban telah meninggal setelah beberapa hari.

Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan bahwa ia terkejut dengan penemuan “mengerikan” di Austria. Ia mengatakan dengan kata-kata hampa bahwa Uni Eropa harus bertindak dalam solidaritas untuk mencari solusi dari krisis pengungsi ini. Solidaritas? Apa yang ia bicarakan? Kemudian Merkel menambahkan: “Seluruh dunia mengawasi kita”. Yah, ia benar dalam hal ini.

Minggu lalu, di Jerman, para ekstrimis sayap kanan yang marah menyerang sebuah pusat perawatan bagi para pencari suaka perlindungan dekat Dresden. Massa yang menyerukan slogan-slogan rasis, berteriak agar para pengungsi kembali ke negara mereka.

Kembali ke negara mereka? Ya itu betul. Anda pasti mengetahui negara-negara seperti Suriah, Libya, Afghanistan, Irak dan tempat-tempat lain di Afrika yang telah disulut oleh api peperangan oleh negara-negara angkuh di Eropa, seperti Inggris.

Yang membuat kami bertanya-tanya akan: siapakah fasis yang sebenarnya? Para masa anti-imigran di jalan-jalan atau para politikus berjas di kantor-kantor pemerintahan yang mewah?


Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar