Indonesia Melawan, Kembalikan 5 Kontainer Limbah Plastik Ke AS
Perlawanan terhadap limbah plastik negara Barat di Asia dimulai dari China setahun yang lalu setelah negara Asia timur ini menolak untuk menerima kiriman limbah dari AS dan Eropa.
Jakarta baru saja mengembalikan lima container sampah ke AS sambil memperingatkan bahwa negara ini tidak akan menjadi “tempat sampah” negara-negara Barat, ujar staf senior Menteri Lingkungan Sayid Muhadhar.
me: i'm not nationalist
— adelwin (@20dnosebleed) June 16, 2019
indonesia: *returns five containers of waste to the US*
me: pic.twitter.com/B1sliQvSTE
Menurut dokumen bea cukai, container-kontainer limbah tersebut sebenarnya milik sebuah perusahaan Kanada, akan tetapi dikirim dari Seattle, Amerika Serikat pada bulan Maret lalu.
Seharusnya, limbah seperti sampah palstik, kertas bekas dan popok bekas pakai langsung dibuang bukan malah dikemas rapih dan dikirim ke Indonesia.
“Hal ini tidak bisa dibenarkan,” ujar Muhadhar pada kantor berita AFP.
I've seen infographics that states Indonesia is the second largest waste producer in the world.
— Dita | World Trigger (@thelegalfangirl) June 16, 2019
Now we RETURN those waste to who sent it to us in the first place.https://t.co/itZ9L6nD6y
Saat ini, Indonesia tengah memeriksa beberapa kontainer lainnya yang menumpuk di pelabuhan Jakarta dan Pulau Batam. Langkah ini dilakukan setelah beberapa minggu sebelumnya negara tetangga Malaysia lebih dulu mengembalikan ratusan ton limbah sampah ke negara Barat.
Serupa dengan Malaysia dan Indonesia, baru-baru ini Filipina juga mengembalikan 2.500 ton limbah rumah tangga yang diberi cap “daur ulang” asal Kanada. Fyi, masalah sampah ini membuat hubungan bilateral antara Filipina-Kanada memanas dalam beberapa tahun belakangan.
Tidak tinggal diam, sudah sejak lama otoritas Filipina ‘koar-koar’ soal isu (sampah) ini. Ujungnya, bulan April lalu Presiden Rodrigo Duterte mengeluarkan ancaman perang terhadap Kanada.
Isu mengenai pembunagan sampah kian merebak sejak China menyuarakan masalah (sampah) yang dihadapinya dalam beberapa tahun terakhir akibat terus-terusan menerima timbunan limbah plastik dari seluruh dunia.
Hingga pada akhirnya tahun lalu, China menolak menerima limpahan limbah dari negara Barat sebagai upaya untuk membersihkan negaranya.
Dampaknya, negara Barat mulai mencari “korban” selanjutnya di negara Asia Tenggara, seperti Malaysia, Indonesia dan Filipina.
Ironisnya menurut WWF, sekitar 300 juta ton plastik diproduksi di seluruh setiap tahunnya dan berakhir di TPA (tempat pembuangan akhir) atau samudera.
- Source : sputniknews.com