www.zejournal.mobi
Selasa, 21 Mei 2024

Siapa Sebenarnya Napoleon?

Penulis : Peter Multatuli | Editor : Samus | Senin, 29 Mei 2017 16:59

Jika kita meneliti kepribadian Napoleon secara obyektif, kita akan melihat bahwa pandangan kita hari ini terhadapnya merupakan hasil dari strategi humas yang cerdik. Orang-orang humas lah yang membentuk mitos bahwa Napoleon merupakan seorang jenderal jenius yang tak terkalahkan.

Tentunya, tidak diragukan bahwa Napoleon adalah seorang jenderal yang luar biasa namun ia bukanlah seorang “jenius militer yang luar biasa”. Napoleon merupakan ahli taktis hebat namun lemah dalam strategi. Ini berarti bahwa ia bisa memenangkan sebagian besar pertempuran tanpa harapan namun ia tidak bisa memperkirakan baik hasil militer atau politik dari sebuah kampanye besar. Kampanye besar Mesir, Spanyol, Rusia dan “100 hari” yang terkenal yang berakhir pada Waterloo dan Saint Helena bisa membuktikannya. Napoleon hanya memenangkan lima dari 11 kampanye perang besar dan ia kalah telak 6 di antaranya. Napoleon di Buonaparte (yang merupakan nama asli dari Kaisar masa depan) bukanlah orang Perancis.

Ia lahir pada tanggal 15 Agustus 1769 di Ajaccio, Corsica. Pulau tersebut menjadi “kepemilikan” raja Perancis setahun sebelum kelahirannya pada tanggal 15 Mei 1768. Napoleon sangat membenci Perancis. “Saya akan menyebabkan kerusakan kepada Perancis sebanyak mungkin,” ia mengatakan kepada Bourrienne, temannya dari sekolah Brienne. Napoleon tetap memegang teguh kata-katanya. Biasanya diyakini bahwa Napoleon adalah seorang “penggali kubur revolusi”. Namun ini benar-benar salah. Bonaparte bukan hanya merupakan hasil dari revolusi tetapi juga merupakan penerusnya.

Menembaki orang-orang tidak bersenjata di Toulon daripada merebut kota tersebut membuat Bonaparte mendapatkan perlindungan dari Roespierre, saudara dari pemimpin komunitas Jacobin, dan gelar jenderal brigade. Dalam dua tahun, pada musim gugur tahun 1795, Bonaparte kembali menembaki para pemberontak Perancis menggunakan meriam untuk melindungi Direktorat yang menggulingkan Robespierre. Ia diberi gelar “the reaward army” atas tindakannya.

Dengan demikian, Bonaparte memulai karir cepatnya sebagai penghukum revolusi daripada seorang pemimpin militer. Pada tahun 1799 di Mesir, Napoleon bersikap dengan cara Jacobin: “Jika ada sebuah pemberontakan di desa mana pun, komandan dari sebuah provinsi harus menahan semua anak dari umur 12-16 sebagai sandera”. Bonaparte tidak bersembunyi: “Aku adalah Revolusi Perancis”.

Monarki palsu Napoleon menjadi sebuah cermin yang mendistorsi monarki kuno para raja Perancis Kristen, dari Clovis I sampai Louis XVI. Dari awal karirnya, Bonaparte berhubungan dengan komunitas-komunitas rahasia yang membantu dalam karirnya. Menurut beberapa fakta, Napoleon diberikan gelar Kaisar (pangkat tertinggi dalam Rosikrusianisme) di piramida Mesir. Tidak seperti opini publik, setelah Napoleon mendapatkan gelar kerajaan tersebut, Perancis tidka menjadi sebuah monarki karena Napoleon diumumkan sebagai “Kaisar Republik”.

Tujuan utama Napoleon adalah untuk membentuk sebuah kesatuan negara anti-Kristen. Pada tahun 1812, Bonaparte hampir mencapai tujuannya. Namun Ortodoks Rusia menghalangi jalan dari globalis pertama ini dan “sebuah perselisihan tidak adil menjadi adil”. Hanya 30 ribu tentara dari 600 ribu tentara, yang menyebragi Neman pada tanggal 24 Juni kembali. Dalam surat muatannya yang didedikasikan telah berhasilnya mengusir [ara musuh dari Rusia, Kaisar Alexander I berkata: “Tuhan berjalan di depan kami. Tuhan-lah yang telah mengalahkan musuh, bukan kami!” Napoleon tidak bisa memahami dan menerima ini sama sekali.


- Source : katehon.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar