www.zejournal.mobi
Selasa, 21 Mei 2024

Museum ini memungkinkan anak-anak menemukan budaya Muslim

Penulis : Al-Moniitor | Editor : Samus | Jumat, 04 Maret 2016 18:36

AS mungkin telah menujukkan reaksi anti-Muslim yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam beberapa bulan terakhir, namun saru museum di New York telah menantang persepsi-persepsi dengan mengajarkan anak-anak tentang kekayaan dan keragaman budaya Muslim.

Children’s Museum of Manhattan di Upper West Side telah diubah menjadi sebuah taman bermain dalam ruangan di mana anak-anak dapat menyentuh dan bereksperimen dengna artefak-artefak budaya Islam dalam sebuah pameran yang hidup dan berwarna-warni.

Seorang gadis kecil membungkus sepotong kain Senegal di pinggangnya seperti sarung dan berseru, “Ini sangat meyenangkan digunakan untuk berdansa!” katanya.

Anak-anak lain dari kelasnya memilah-milah keramik Turki atau menghirup aroma yang kaya rempah-rempah dari Zanzibar.

Disebut “Amerika to Zanzibar”, pameran tersebut berfokus pada budaya masyarakat Muslim, bukan agamanya, sehingga ajaran dan praktik dari ajaran Islam tidak dipamerkan di sini.

“Kami tidak menafsirkan agama itu sendiri,” kata Andrew Ackerman, direktur eksekutif museum tersebut. “Pameran ini adalah tentang orang-oang. Ini tentang bagaimana orang-orang yang berbagi kepercayaan yang sama mengungkapkannya begitu berbeda,” tambahnya.

Perlombaan untuk Gedung Putih 2016 telah didominasi oleh munculnya kandidat Partai Republik, Donald Trump, seorang maestro properti New York yang telah berulang kali menghina umat Muslim dan menganjurkan larangan agar umat Muslim tidak dapat memasuki negara tersebut.

Serangan baru-baru ini di Paris dan San Bernardino telah meningkatkan apa yang disebut oleh umat Muslim AS sebagai reaksi yang belum pernah terjadi sebelumnya di sebuah negara yang semakin takut mengenai resiko yang ditimbulkan oleh kelompok ekstrimis ISIS.

Ackerman mengatakan peristiwa-peristiwa baru-baru ini tidak ada hubungannya dengn keputusan untuk memamerkan pameran tersebut, yang telah dibuat selama enam tahun.

Keinginannya adalah untuk mengangkat halangan pada budaya di negara-negara Muslm yang baik kurang dipahami di AS atau tidak terwakili sama sekali.

“Tantangan dari proyek ini adalah bagaimana Anda mewakili begitu banyak budaya yang berbeda-beda,” kata Ackerman. “Bagaimana Anda memilih apa yang harus di pamerkan untuk menunjukkan gambaran budaya Muslim sebesar mungkin dalam ruangan yang kecil. Percakapan ini benar-benar tidak ada hubungannya dengan peristiwa-peristiwa saat ini.”

Satu titik kuat dari pameran ini adalah bahwa museum ini juga berfokus pada warisan Muslim di AS dan tidak hanya pada negara-negara yang jauh.

‘TIDAK HANYA SURIAH”

Anak-anak dapat belajar tentang masjid di Deadborn, Michigan, rumah teh Tajikistan di Colorado dan kain Senegal yang dijual di Harlem, New York.

Sebuah ruangna juga didedikasikan untuk warga Muslim AS untuk mengumpulkan kenangan, buku-buku, CD dan foto-foto bersama.

“Kami benar-benar ingin untuk berpikir tentang cerita Amerika, yang jauh lebih beragam daripada seluruh dunia,” kata Ackerman, menambahkan bahwa New York adalah rumah bagi orang-orang dari setiap negara Muslim di dunia.

“Ini sangat baik. Mereka belajar tentang budaya lain,” kata Guru kelas dua, Judith Espaillat yang mengunjungi pameran tersebut.

Kata “Muslim” tidak berarti banyak bagi Alex, salah satu muridnya, namun ia belum merasa bosan sama sekali berada di museum ini.

Selama minggu pertama dari pameran ini, yang dibuka pada tanggal 13 Februari menyambut lebih dari 13.000 pengunjung meskipun cuaca yang sangat dingin.

“Mereka ingin menunjukkan bahwa budaya Muslim sangat indah, dan tidak gila,” kata Francesca Azzariti, seorang berkewarganegaraan Italia yang tinggal di New York.

Selain kain dan keramik, museum tersebut mencurahkan salah satu ruangan bagi masjid-masjid dan kekayaan arsitekturnya.

Pameran ini juga menunjukkan kontribusi oleh para pemikir Muslim bagi ilmu pengetahuan.

“Saya pikir ini adalah obat penawar yang bagus bagi mereka yang membicarakan budaya Muslim, sebuah budaya yang tidak mengancam siapa pun, berbeda dari apa yang ditampilkan oleh media Barat setiap waktu,” kata seorang turis, Grania Brigden.

“Sangat menarik utuk melihat unsur-unsur, makanan dan warna-warna yang berbeda,” katanya. “Islam ada di Afrika, Asia, bukan hanya di Suriah.”

Pameran ini akan berlangsung setidaknya selama satu tahun sebelum mungkin akan dipindahkan dari kota ke kota lain di AS. Ditujukan bagi anak-anak, pameran ini juga dikunjungi oleh para orangtua.

“Ada banyak orang yang tidak menganggap bahwa mereka adalah seorang yang gemar pergi ke museum namun mereka akan datang kesini, karena ini untuk anak-anak,” kata Ackerman. “Jika kita dapat membangkitkan rasa ingin tahu tentang museum, itulah tujuan kami.”


- Source : www.al-monitor.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar