www.zejournal.mobi
Senin, 20 Mei 2024

Analis Wall Street: Media AS Membenci Trump Karena Menomorsatukan Kepentingan Nasional

Penulis : Sputnik | Editor : Indie | Kamis, 12 Oktober 2017 10:11

Analis Keuangan Wall Street Charles Ortel memberitahu Sputnik bahwa AS dan media terkemukan dunia, maupun para terpelajar diseluruh dunia, membenci dan khawatir terhadap Presden AS Donald Trump karena pembaruan kebijakannya mengancam kepentingan mereka.

WASHINGTON (Sputnik). Usaha Trump melawan berbagai berita palsu telah dilakukan sejak kampanye kepresidenannya, ketika klaim pertama di media AS memunculkan dugaan Rusia mencoba membantu kandidat partai Republik untuk menjadi presiden.

Diantara berbaga kantor media yang dihantam sang presiden karena laporan berita palsunya meiputi The New York Times, The Washington Post, CNN, NBC, ABC dan CBS.

Ortel, seorang mantan eksekutif firma keuangan Chart Group and Dillon, Tead & Company, mengatakan pemilik dan para eksekutif senior dari hampir seluruh kantor berita utama AS memandang Trump sebagai tantangan besar bagi keberlanjutan kekuasaan dan gengsi mereka.

“Trump dan tim nya mengancam zona nyaman mereka: Jauh lebih mudah menggosipkan berita yang berhubungan dengan para politisi dan birokrasi, daripada menghadapi kenyataan dalam zaman kita yang terus berubah.” Ucap ortel.

Media AS menikmati kerjasama yang erat dengan pembentukan politik di Washington dan menunjukkan ketidaktertarikan atau kepedulian dalam kebijakan perdagangan bebas yang telah menghancurkan puluhan juta pekerjaan manufaktur yang berpendapatan baik di Amerika Serikat, Ortel menjelaskan.

“Dilindungi oleh serikat pekerja sektor publik (dan masa jabatan), media global dan akademisi bekerja sama dengan terjangan politik umum sampai Trump merasa aman dan tenggelam dalam kegembiraan yang menyebar ke seluruh dunia, seperti halnya Washington. Ortel menjelaskan.

Trump bangga dengan statusnya yang tidak berpihak pada siapapun di Washington, namun hal ini selanjutnya membuat media terkemuka geram yang menyadari bahwa bahkan Trump tidak peduli untuk bersosialisasi dengan mereka, Ortel menjelaskan.

Media mainstream AS beroperasi dalam sebuah industri yang cenderung merangkul “globalisme”, dan mereka tidak peduli terhadap konsekuensi ekonomi dari kebijakan yang mereka dukung, Ortel mengamati.

“Wartawan cenderung menjadi penulis yang tulisannya mudah untuk dipahami namun kebanyakan sangat buruk terhadap angka. Sehingga sejumlah nama pemain di media dengan mudah tergiur oleh ‘para pakar’ akademis yang juga berpendapat kalau ‘globalisme’ itu menggiurkan”, ucapnya.

Agenda globalis lebih menyukai elit internasional yang terhubung dengan baik sambil meninggalkan populasi nasional, termasuk di Amerika Serikat, ditelantarkan akibat kebijakan mereka yang meragukan, ucap Ortel.

“Berbagai akademisi ini dan sederetan nama universitas merupakan penerima manfaat utama dari keluarga yang terhubung, khususnya mereka yang terhubung pada perkumpulan global untuk sepakat berinvestasi bersama dalam berbagai industry meliputi telekomunikasi, energi, tambang, dan konstruksi.” Ujarnya.

Namun nyatanya, perdagangan bebas, membuka batasan agenda yang dimenangi oleh media terkemuka AS yang didasari pada keseluruhan asumsi yang salah, komentar Ortel.


Berita Lainnya :

“Faktanya adalah ‘globalisme’ itu tak masuk akal, kurang dari 20 persen seluruh bangsa di bumi bertanggung jawab atas sebagian besar kegiatan ekonomi.” Ucapnya.

Berbagai perusahaan besar membayangkan bahwa dengan berkembang menjadi raksasa multinasional, mereka akan menjadi lebih dominan dan lebih diuntungkan, namun nyatanya revolusi komunikasi global selama 20 tahun belakangan ini telah membuat mereka rentan terhadap berbagai perusahaan yang jauh lebih kecil dengan peneluaran tambahan yang jauh lebih rendah.

Namun, di sektor publik dan akademisi, kebanyakan bangsa tetap bertahan dalam berbagai praktek yang telah ketinggalan jaman, Ortel memperingatkan.

Ortel pada tahun 2007 menmbongkar kecurangan keuangan dalam konglomerat perusahaan Listrik Umum AS dan juga telah menyelidiki dugaan penipuan yang dilakukan oleh Clinton Foundation.


- Source : sputniknews.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar