Perancis akan kehilangan €250 juta dari penjualan kembali kapal-kapal Mistral ke Mesir

Perancis dapat kehilangan hingga €250 juta dari penjualan dua buah pengangkut helikopter Mistral ke Mesir, yang awalnya dibuat untuk Rusia menurut Komite Keuangan Senat Perancis.

Kerugiannya dapat melebihi €1 miliar tanpa kesepakatan Mesir dan mendorong defisit anggaran Perancis hingga €556.700.000.

“Tidak termasuk penjualan ke Mesir, Perancis harus menutupi biaya sekitar €1,1 miliar. Jika kesepakatan dengan Mesir berjalan dengan baik, biayanya dapat dikurangi dari €200 juta sampai €250 juta,” surat kabar Perancis La Tribune mengutip pernyataan dari komite tersebut.

Paris bermaksud untuk menjual kapal perang tersebut ke Mesir dengan harga €950 juta, yang meliputi biaya pelatihan 400 pelaut Mesir di Perancis. The Mistrals diharapkan akan dikirim pada bulan Maret 2016 setelah Mesir setuju untuk membeli kapal-kapal pengangkut tersebut pada awal bulan ini.

Biayanya sama dengan jumlah yang dibayarkan Paris kepada Moskow sebagai kompensasi pembatalan kesepakatan Mistral ini. Namun, ada juga klausul penalti dalam kontrak jika Perancis gagal untuk mengirimkan kapal-kapal tersebut tepat waktu. Jadi Perancis diharapkan untuk kehilangan lebih dari €250 juta.

Perancis dan Rusia menandatangani kontrak senilai $1,3 miliar untuk pembuatan kapal-kapal Mistral pada tahun 2011. Kontrak tersebut menspesifikasikan bahwa dua kapal pengangkut helikopter ini akan dikirim ke Rusia, yang pertama di tahun 2014, dan yang kedua di tahun 2015. Rusia seharusnya juga ikut memproduksi sebagian dari lambung kapal dan memberikan perlengkapan elektronik sendiri bagi kapal-kapal tersbut. Kemudian, Perancis memutuskan untuk tidak menyerahkan kapal-kapal tersebut ke Moskow karena aneksasi Krimea dengan Rusia dan pecahnya konflik bersenjata di Ukraina timur.

Pada hari Selasa, anggota-anggota Komite Urusan Internasional Perancis menarik diri dari kesepakatan Mistral dengan Rusia karena tekanan eksternal dari NATO.

Kapal-kapal Mistral dapat membawa helikopter, tank dan ratusan tentara dan dilengkapi dengan sistem komando dan kontrol yang canggih.