www.zejournal.mobi
Jumat, 11 Oktober 2024

NASA mengkonfirmasikan: Mars memiliki zat cair

Penulis : RT | Editor : Admin | Selasa, 29 September 2015 12:36

Untuk permata kalinya, NASA telah mengkonfirmasikan keberadaan zat cair di permukaan Mars, menurut sebuah penelitian baru yang diumumkan pada hari Senin. Temuan ini berasal dari data dan analisa oleh NASA Mars Reconnaissance Orbiter.

Mars Reconnaissance Orbiter (MRO) telah memverifikasikan bahwa garis-garis gelap musiman yang muncul di permukaan Mars berasal dari aliran air asin.

MRO menemukan bukti saluran sempit yang mengandung air yang memotong dinding-dinding tebing melalui garis ekuator Mars, meskipun sumber dan kimia ari tersebut belum diketahui. Garis-garis, atau lineae kemiringan berulang muncul selama musim panas yang hangat berbulan-bulan di Planet Merah tersebut. Garis-garis tersebut menghilang ketika suhu planet tersebut turun.

Temuan-temuan tersebut meningkatkan potensi kehidupan di Mars, kata para peneliti. Meskipun ada kemungkinan bahwa ada kehidupan di lapisan kulit Mars, temuan-temuan baru lebih lanjut meningkatkan persentase kemungkinan adanya kehidupan lebih dekat ke permukaan planet tersebut, seorang ilmuwan planet di Arizona State University Alfred McEwen mengatakannya pada saat konferensi pers NASA.

“Butuh beberapa pesawat ruang angkasa selama beberapa tahun untuk memecahkan misteri ini, dan sekarang kita tahu ada air di permukaan planet gurun pasir yang dingin ini,” kata Michael Meyer, ilmuwan untuk Program Eksplorasi Mars Nasa. “Tampaknya semakin kita mempelajari Mars, semakin kita belajar bagaimana planet itu dapat menyokong kehidupan dan dimana sumber-sumber daya alam untuk menyokong kehidupan di masa depan.”

Para ilmuwan sebelumnya telah mengalami kesulitan menganalisis garis-garis yang memiliki kelebaran 16 kaki atau 5 meter. Instrumen-instrumen MRO ini mampu memproses jejak pengukuran, dan para ilmuwan berhasil mengamati temuan-temuan berkat sebuah program komputer yang dapat berfokus pada setiap piksel masing-masing. Data MRO tersebut kemudian dibandingkan dengan foto-foto lereng tersebut yang beresolusi tinggi. Para ilmuwan menemukan kecocokan antara lokasi mereka dan adanya garam yang terhidrasi.

“Kami tidak mengklaim bahwa kami menemukan bukti-bukti adanya zat air cair. Kami menemukan garam-garam yang terhidrasi,” kata Lujendra Ojha, seorang mahasiswa pascasarjana di Institut Teknologi Georgia dan penulis utama dari laporan tersebut yang dipublikasikan di jurnal Nature Geosciences.

Sementara NASA telah secara terburu mengumumkan temuan-temuan tersebut, Ojha memperlihatkan sikap diamnya.

“Pengumuman dari NASA agak sedikit terburu-buru,” kata Ojha, “Masih ada begitu banyak misteri yang harus dipecahkan tentang RSL (recurring slope lines/garis kemiringan yang berulang).”

Keberadaan air di Mars dalam bentuk es sudah diketahui selama bertahun-tahun. Namun bukti zat cair di Planet Merah ini akan menimbullkan pencabangan besar bagi penelitian di Mars. Ini berarti kehidupan mikroba mungkin masih dapat bertahan dibawah permukaan Mars, jika memang pernah ada sebelumnya.

Penemuat tersebut “mengkonfirmasikan bahwa air memainkan sebuah peran dalam fitur-fitur ini,” menurut McEwen. “Kami tidak tahu bahwa itu berasal dari bawah permukaan. Bisa saja berasal dari atmosfer.”

Rover Mars yang bernama Curiosity milik NASA menemukan bukti bahwa Mars memiliki kondisi yang cocok untuk menyokong kehidupan mikroba yang sebelumnya ada dibeberapa titik dimasa lalu.

Selama musim panas, Mars bisa mencapai suhu hingga 70 derajat Fahrenheit atau sekitar 21 derajat Celsius di sepanjang khatulistiwa. Ojha dan tim menemukan bahwa suhu tinggi ini – jauh dari rata-rata suhu planet ini yaitu 80 derajat Fahrenheit atau sekitar 27 derajat Celcius – dan memungkinkan air asin untuk mengalir kebawah lereng-lereng. Air tersebut yang tercampurkan dengan perklorat untuk membentuk larutan air asin membantu menjaganya tetap cair disaat suhu turun.

“Kami menemukan garam terhidrasi hanya ketika fitur-fitur musiman tersebut berada dalam kondisinya yang terluas, yang menunjukkan bahwa baik garis-garis gelap itu sendiri atau sebuah proses yang membentuknya menjadi sumber dari hidrasi tersebut. Dalam kedua kasus, penemuan garam terhidrasi di lereng ini berarti bahwa air memainkan peran penting dalam pembentukan garis-gari ini,” kata Ojha.


- Source : www.rt.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar