www.zejournal.mobi
Kamis, 28 Maret 2024

'Yamagami Girls', Para Gadis Jepang Pengagum Pembunuh Shinzo Abe

Penulis : Ian - Publica News | Editor : Anty | Kamis, 19 Januari 2023 10:34

Tokyo - Seorang pembunuh, tapi dikagumi. Begitulah 'takdir' Tetsuya Yamagami (42), pembunuh mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.

Siapa korban dalam drama ini, dan siapa pelakunya? Garis batasnya kabur.

Majalah Shukan Josei edisi 17-24 Januari menuliskan laporan soal 'Yamagami Girls', para wanita muda Jepang yang 'hatinya tertambat' pada pria yang terancam hukuman mati tersebut.

Majalah SPA! menulis judul besar: 'Pria yang menyerang Abe sekarang dipuja bak dewa rakyat kecil'. Yamagami berubah dari sosok pembunuh menjadi warga negara yang mulia.

Mereka membuat grup percakapan online, mengumpulkan dana untuk pembelaannya, menandatangani petisi bertajuk 'Yamagami Tetsuya-shi no genkei o motomeru shomei', menuntut hukuman ringan bagi Yamagami. Banyak diantara para gadis berbagi kekaguman, bahkan ada yang menyatakan cinta kepada sang pembunuh.

"Mereka tidak mencari publisitas. Mereka hanya mengekspresikan simpati dan kekagumannya pada Yamagami," Shukan Josei menulis.

Yamagami menembak Abe saat berkampanye untuk koleganya di Partai Demokrat Liberal (LDP) di Nara, Juli 2022. Pria lajang itu mengincar Abe karena dianggap mempromosikan Gereja Unifikasi yang telah membuat bangkrut ibunya.

Tragedi adalah takdir Yamagami sejak lahir. Ketika ia berusia empat tahun, ayahnya bunuh diri. Kakak laki-lakinya kehilangan mata karena kanker, lalu menyusul bunuh diri. Ibunya yang frustasi kemudian bergabung dengan Gereja Unifikasi.

Sang ibu terbujuk memberikan seluruh harta peninggalan suami kepada gereja, 100 juta Yen banyaknya, sekitar Rp 10,8 miliar. Akibatnya Yamagami meninggalkan bangku kuliah karena tak punya biaya. Dia lalu bergabung dengan Pasukan Bela Diri Maritim.

Pada 2005, saat berusia 25 tahun, Yamagami mencoba bunuh diri. "Uang asuransi jiwa akan membantu keluarga," Japan Today menulis, Senin (16/1).

Pria kelahiran Prefektur Mie itu pun dipecat. Ia lalu bekerja serabutan.

Media-media Jepang menulis 'si penuh derita' itu menuntut balas dan mempersalahkan organisasi keagamaan yang telah membuat keluarganya hancur.

Kabarnya, separo lebih anggota LDP memiliki hubungan, mereka menerima dukungan dana dan elektoral dari gereja. Sebagai imbalan, pemerintah yang dikuasai LDP memberi perlindungan.

Yamagami memicu revolusi mini di Jepang. Masyarakat mendesak pemerintah bersih-bersih terhadap tokoh yang korup.

Itulah sebabnya para gadis jatuh cinta padanya. Yamagawi dianggap dewa penolong. "Bukan untuk membenarkan pembunuhan. Kejahatan adalah kejahatan dan pembunuhan adalah pembunuhan," kata Shukan Josei. "Namun di balik kejahatan ini terdapat keputusasaan, penderitaan, dan keberanian."

Menurut psikiater Tamami Katada, beberapa dari gadis pengagum itu terbakar oleh dorongan untuk melakukan sesuatu yang drastis. "Yamagami memberi mereka contoh," ujarnya.

Jurnalis Tamaki Kawasaki adalah salah seorang pertama yang mempopulerkan istilah 'Para Gadis Yamagami'. Dalam sebuah wawancara dengan The Daily Beast, Kawasaki mengatakan selalu ada orang yang tergila-gila dengan individu yang melakukan pembunuhan.

Para gadis ini mengagumi Yamagami sebagai pejuang yang melakukan harakiri.

"Tindakan Yamagami sama sekali tidak bisa dimaafkan, tetapi mereka sangat mengagumi para pejuang semi-bunuh diri dalam budaya Jepang," Kawasaki menandaskan. 


Berita Lainnya :


Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar