www.zejournal.mobi
Kamis, 25 April 2024

Nonton Drakor dan Membunuh Sama Jahatnya: Tiga Siswa Korut Dieksekusi Mati

Penulis : Ian - Publica News | Editor : Anty | Rabu, 07 Desember 2022 10:42

Warga Hyesan diminta berkumpul di lapangan terbang di kota Korea Utara yang berbatasan dengan China itu pekan lalu. Lalu seregu tentara menurunkan tiga remaja dari sebuah truk.

Ketiga remaja itu sebaya, berusia antara 16-17 tahun, dan masih duduk di bangku SMA. Mata mereka ditutup, satu persatu mereka ditembak mati di bawah tatapan mata keluarga dan para tetangga.

Seorang sumber warga Hyesan bercerita, dua remaja dinyatakan bersalah karena menonton dan mendistribusikan film drama Korea Selatan (drakor), seorang lagi karena membunuh ibu tirinya.

"Menonton budaya Korsel dan membunuh adalah sama jahatnya bagi pihak berwenang. Kami dipaksa menyaksikan eksekusi itu," ujar sang sumber kepada Radio Free Asia, Minggu (4/12) malam.

Menonton drakor atau video K-Pop dianggap dekaden dan anti-revolusioner. Adapun membunuh dilabeli sebagai anti-sosialis. Makna keduanya sama: tidak layak menjadi warga Korut yang taat pada ideologi negara.

"Pelanggar tidak akan diampuni dan akan dihukum mati," sumber tersebut menambahkan.

Pihak berwenang menggunakan eksekusi untuk menakut-nakuti warga agar berperilaku seperti yang mereka inginkan. Biasanya, pelanggar yang menonton atau mendistribusikan budaya Korsel --tetangga seteru utama-- dikirim ke kamp kerja paksa.

Dalam beberapa tahun terakhir, drakor, K-Pop, dan acara TV Korsel masuk ke Utara lewat USB flash drive dan kartu SD karena mudah disembunyikan. Penyelundup membawanya lewat China.

Korut sangat keras terhadap 'serangan budaya Selatan'. Warga yang ketahuan menonton film asing akan dikirim ke kamp kerja paksa. Bisa 5 hingga 15 tahun lamanya, tergantung bobot kesalahannya.

"Sering orang tuanya ikut dikirim ke kamp karena harus bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak mereka yang tidak benar," sumber yang tak disebutkan jatidirinya menjelaskan.

Menjual video drakor dan K-Pop merupakan bisnis menggiurkan di Korut. Tentu risikonya besar, jika tertangkap bisa berhadapan dengan regu tembak. "Negara tidak peduli mereka masih di bawah umur. (Hukuman) Mati adalah mati," ia menegaskan.

Kedua murid SMA itu dijebak oleh pembeli yang menyamar di pasar, mereka sebenarnya adalah petugas partai. Mata-mata partai ada di mana-mana di Korut untuk memastikan penduduk taat.

“Meskipun ada kontrol intensif dan tindakan keras untuk memberantas pikiran dan budaya reaksioner, anak muda masih tertangkap diam-diam menonton film Korea Selatan. Jadi sekarang pihak berwenang memulai teror melalui eksekusi publik,” kata sumber lainnya di Provinsi Hamgyong Utara.

Menurut Daily NK, eksekusi mati di Korut sekarang dilakukan lebih cepat, tidak kurang dari dua pekan setelah pelanggar ditangkap. Proses pengadilan berlangsung kilat karena sistem beracara di pengadilan tidak mengenal pembela bagi terdakwa.

"Ini ironi sistem peradilan murah dan kilat ala Korut," ia menandaskan. 


Berita Lainnya :


Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar