www.zejournal.mobi
Kamis, 18 April 2024

Peran Nyata Gerindra Tenggelamkan PKS Secara Perlahan

Penulis : Anto Cahaya | Editor : Indie | Minggu, 04 November 2018 09:39

Sikap keras Partai Keadilan Sejahtera soal jabatan wagub DKI Jakarta yang oleh Partai Gerindra tidak juga direspon berujung ancaman. PKS mau mematikan mesinnya di DKI Jakarta beberapa waktu yang lalu oleh para petinggi PKS di DKI Jakarta tentu tidak main-main. Meskipun tidak ada respon secara langsung dari Prabowo Subianto sebagai ketua umum Gerindra atas ancaman tersebut, tapi tentu saja menjadi perhatian tersendiri. Terlihat hanya Sandiaga Uno yang merespon dan mengatakan Gerindra dan PKS masih solid, karena sudah 4 tahun ini bersama-sama dan melewati perjuangannya selama ini, katanya menghibur diri.

Namun faktanya tidaklah demikian. Kita bisa saksikan melalui berita media massa dan masih hangat hingga saat ini. Sejumlah kader PKS di daerah secara beramai-ramai mengundurkan diri atau mungkin lebih tepatnya menurut saya membubarkan diri. Ada kader PKS Jawa Barat, provinsi Bali, Sidoarjo-Jatim, Mojokerto-Jatim, kemudian Tapanuli Selatan, Langkat, Labuhan Batu- Sumatera Utara dan lainnya.

Alasan mereka pun beragam tapi yang pasti mereka kecewa dengan para elit politisi PKS di Jakarta. Kasus uang mahar 500 miliar yang sempat mencuat di awal hiruk pikuk penentuan wacapres pendamping Prabowo Subianto salah satu yang membuat mereka kecewa. Benar dan tidaknya telah mencoreng nama partai kata mereka beralasan. Tidak ada asap kalau tidak ada api.

Selama ini Gerindra terlihat hanya memperalat PKS saja. Masyarakat pasti tahu dan tak diragukan lagi, bagaimana militansinya para kader PKS dalam memperjuangkan partainya. Dan ini ditangkap sangat baik oleh Gerindra. Mesin PKS bisa dibilang tangguh, apalagi kalau di sosial media. Tagar-tagar yang marak selama ini inisiatornya justru datang dari orang-orang PKS.

Sejak bergabung dan berkoalisi dengan Gerindra secara otomatis menjadi oposisi. Padahal sebelumnya di era Gus Dur PKS bagian dari pemerintah. Dan puncaknya tahun 2009 menikmati elektoral yang lumayan tinggi, menjadi nomor 4 sebagai partai yang diminati konstituen. Tapi sayang partai ini harus menahan malu yang teramat sangat sebab Presiden PKS saat itu Luthfi Hasan Ishaaq (memiliki 3 istri dan 15 anak) menjadi tersangka KPK lalu pada tanggal 1 Februari 2013 mengundurkan diri dari PKS dan menjalani hukuman sampai saat ini. Dan kemudian secara berturut-turut banyak tokoh atau elit PKS yang tersandung kasus hukum.

Sejak tahun 2014 PKS hanya digunakan sebagai bahan bakar doang oleh Gerindra. Pada saat pemilihan presiden 2014 yang lalu PKS mati-matian memperjuangkan capres dan wacapres, Prabowo Subianto (Gerindra)-Hatta Rajasa (PAN). PKS saat itu hanya mengalah saja tidak ada wakilnya sama sekali. Hasilnya Prabowo Subianto kalah sama Jokowi.

Dan tahun 2019 kembali secara konsisten PKS bersama Gerindra berkoalisi. Dan harapannya jelas PKS diberi tempat karena selama ini telah berjuang bersama-sama. Tapi apa daya 9 calon wakil presiden yang telah disiapkan oleh PKS sama sekali tidak dilirik oleh Prabowo Subianto. Bagaimana ini bisa terjadi? Sekali lagi 9 calon wakil presiden dari PKS ditolak Prabowo Subianto. Saat itu PKS masih berusaha untuk bersabar. Kemudian mengerucutkan nama tersebut menjadi hanya satu yaitu Salim Segaf Al-Jufri Ketua Majelis Syuro PKS yang juga mantan Menteri Sosial di era SBY ini dan sebagai penawar PKS selain menyodorkan nama Salim juga ada Somad. Tapi kembali kedua nama ini oleh Prabowo Subianto tidak dilirik. Dan kita bisa lihat sekarang ini, apakah Salim Segaf Al-Jufri terlihat turut terlibat memenangkan Prabowo Sandi?

Dan Prabowo Subianto akhirnya memilih politikus kemarin sore yang tajir dari partainya sendiri yaitu Sandiaga Uno. Dia benar-benar membuang 9 nama yang disodorkan oleh PKS tersebut. Sampai di sini secara logika dan akal sehat semestinya para elit politik PKS berontak nyatanya tidak. Maka tak berlebihan jika kemudian para kader di daerah yang berontak dan kemudian ditambah isu soal mahar 500 miliar tersebut. Semakin geram rasanya para kader di daerah.

Kemudian ulah Gerindra tidak berakhir sampai di sini saja, soal jabatan wakil gubernur DKI Jakarta pun nampaknya Gerindra melalui M. Taufik atas rekomendasi Prabowo naga-naganya bakal menunjuk ke orangnya sendiri atau dengan kata lain dari partai Gerindra sendiri. Padahal PKS sudah mengalah selama ini, melepas incaran wakil presiden yang prestisius. Maka kesabaran PKS sudah di titik nadir, sehingga mengancam mau mematikan mesin PKS di DKI Jakarta dan tidak akan memenangkan Prabowo-Sandi di DKI Jakarta jika tidak diberi tempat. Padahal Ahmad Syaikhu kader PKS ini sudah ngebet banget ingin dampingi Anies yang sudah lama menjomblo


Berita Lainnya :

Maka yang jadi pertanyaannya adalah mengapa PKS masih ngotot nempel Gerindra yang jelas-jelas sudah menggerus suara PKS secara perlahan-lahan? Apa buktinya? Itu lihat para kader di daerah ramai-ramai mengundurkan diri di masa sekarang bukan? Masa di mana elit PKS Jakarta mesra secara fatamorgana bersama Gerindra?

Dan tentunya memuakkan para kader di daerah yang berjuang dengan penuh kemurnian atas nama Partai. Kemudian Gerindra sudah sangat sering mempermalukan PKS dengan keputusan-keputusan sepihaknya. Tidak dipilih sebagai wacapres kadernya. Dan sekarang soal jabatan Gubernur DKI jakarta.

Gerindra jumawa karena mereka merasa punya Prabowo yang secara tokoh cukup dikenal. Maka jelas secara elektoral pun yang menuai Gerindra yang saat ini surveinya nomor 2 di bawah PDI-P. Sedangkan PKS bagaimana?


- Source : seword.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar